Whatnaomididnext.com – Sebanyak 70 pecalang dari seluruh desa adat di Denpasar melakukan penjagaan di Kantor DPRD Denpasar secara bergiliran. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk pengamanan menyusul demo ricuh yang terjadi pada 30 Agustus 2025. Pada Selasa, 2 September 2025, tercatat sebanyak 10 pecalang berjaga tanpa menerima insentif atau bayaran, menjalankan tugas secara ngayah, tradisi Bali untuk bekerja secara sukarela bagi kepentingan masyarakat.
Read More : Sebut Wisata Bali Tak Terdampak Demo, Koster Justru Wisatawan Datang karena Jakarta Ricuh
Ketua Pecalang Denpasar, I Made Mendra, menjelaskan bahwa penjagaan ini dilakukan atas permintaan Wali Kota Denpasar. “Kami berjaga dari jam 8 pagi sampai selesai sidang. Tugas ini kami lakukan demi keamanan dan ketertiban masyarakat,” ujar Made Mendra.
Sistem Bergiliran dan Partisipasi Desa Adat
Dari total 35 desa adat yang ada di Denpasar, masing-masing desa mengirimkan dua perwakilan pecalang. Dengan demikian, total 70 pecalang bertugas secara bergiliran. Penugasan ini dirancang agar tidak memberatkan satu pihak, sambil tetap menjaga keamanan kantor DPRD selama sidang berlangsung.
Made Mendra menekankan, “Kami berjaga sesuai permintaan dari Wali Kota, menyesuaikan situasi dan kondisi. Penugasan ini penting mengingat adanya aksi kemarin yang sempat memanas.”
Dukungan Aparat Lainnya
Selain pecalang, pengamanan kantor DPRD Denpasar juga melibatkan unsur Satpol PP, Dinas Perhubungan, hingga dari Koramil. Kolaborasi ini memastikan keamanan tetap terjaga, mengatur arus lalu lintas, dan meminimalisir potensi gangguan dari aksi demonstrasi yang terjadi sebelumnya.
Wawalkot Pertimbangkan Insentif Pecalang
Wakil Wali Kota Denpasar menanggapi peran pecalang dengan apresiasi tinggi. Ia menyatakan bahwa pihaknya akan memikirkan pemberian insentif bagi pecalang yang berjaga. Hal ini penting untuk menjaga semangat ngayah sekaligus memberikan penghargaan atas dedikasi mereka dalam menjaga keamanan kota.
Pentingnya Peran Pecalang dalam Keamanan Masyarakat
Pecalang bukan hanya simbol budaya Bali, tetapi juga garda terdepan dalam menjaga keamanan masyarakat, khususnya saat situasi genting seperti aksi demonstrasi. Kehadiran 70 pecalang di Kantor DPRD Denpasar membuktikan bahwa peran mereka sangat vital dalam menciptakan suasana aman dan tertib. Selain mengatur lalu lintas dan mengawasi kerumunan, pecalang juga menjadi penghubung antara masyarakat dan aparat keamanan resmi, sehingga potensi konflik bisa diminimalisir.
Tradisi ngayah yang dijalankan pecalang juga mencerminkan nilai gotong royong dan solidaritas antarwarga. Dengan dedikasi tanpa pamrih, pecalang menunjukkan bahwa keamanan tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh masyarakat. Dukungan aparat lain seperti Satpol PP, Dinas Perhubungan, dan Koramil pun menegaskan pentingnya kolaborasi dalam menjaga ketertiban kota.